Minggu, 25 Desember 2011

Perkembangan Komunikasi


Bisa dikatakan bahwa komunikasi merupakan hal yang terpenting atau vital bagi manusia. Betapa pentingnya komunikasi, terlihat dari semakin inovatifnya perkembangan teknologi komunikasi itu sendiri. Jelas ini memerlukan ketelitian yang sangat dan waktu yang cukup lama bahkan hingga berbulan-bulan. Munculnya alat-alat elektronik dengan sistem komputerisasinya menyebabkan teknologi dalam berkomunikasi ini berkembang dengan sangat pesatnya. 

Seiring dengan semakin majunya teknologi dalam berkomunikasi membawa implikasi yang tidak sedikit kepada manusia.  Pengertian dan Perkembangan Komunikasi

Kedua, teori poo-poo merupakan era di mana manusia menggunakan bahasa yang sesuai dengan perwakilan emosi yang mereka alami seperti perasaan takut, kesakitan, gembira dan sebagainya. Keempat, teori Yo-heave-ho merupakan bahasa komunikasi yang berkemgang dari sungutan yang terjadi karena pergerakan fisik. 

Perkembangan ini dimulakan dengan masa sejarah dimana manusia untuk pertama kali mengenal dengan apa yang disebut tulisan. Manusia awal menggunakannya dengan simbol-simbol yang sangat sederhana dan berlangsung selama lebih dari berada-abad tahun lamanya. Ini dibukitikan dengan adanya gambar-gambar sederhana yang ditemukan di gua-gua. Bahkan di awal alaf ketiga ini komunikasi terjadi dengan menggunakan alat yang semakin canggih dan baru setiap waktunya.

Semua individu sangat membutuhkan teknologi untuk mempercepat perkembangan atau meningkatkan pembangunan baik pembangunan individu maupun kelompok.Perkembangan teknologi yang saat ini sangat cepat adalah teknologi telekomunikasi, yang menghadirkan beragam pilihan bentuk teknologi dan kecanggihannya. Saat ini terjadi persaingan yang ketat antara 2 teknologi komunikasi yaitu selular dan FWA (fixed Wireless Access).Adapun perkembangan teknologi komunikasi terutama teknologi selular sudah di mulai sejak pertengahan tahun 90 an dengan mengusung teknologi 1G (Generasi Pertama) dengan menggunakan teknologi AMPS (Advance Mobile Phone System). 

Dalam kurun waktu 10 tahun sejak lahirnya AMPS suda terjadi perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai penemuan atau inovasi teknologi komunikasi dan , akhir tahun 90 an muncullah teknologi 2G (Generasi Kedua). Frekuensi yang dapat digunakan dalam GSM adalah 850Mhz, 900Mhz, 1800Mhz dan 1900Mhz.  Generasi selular kedua yang mempebaharui generasi pertama dalam bidangteknologinya yaitu digital, yang pada teori dasarnya merupakan pembaharukan dalam bidang transfer data, contohnya adalah GSM (menggunakan protokol CSD, HSCSD, GPRS dan EDGE) dan cdmaOne.

Dengan adanya teknologi Generasi Kedua ini membuat perkembangan teknologi semakin cepat dengan menghadirkan berbagi kelebihan/fitur yang ditawarkan teknologi generasi kedua ini selain mengirim SMS dan voice. Maka awal tahun 2000 an muncullah teknologi generasi 2.5 (2.5 G) yang mempunyai kemampuan transfer data yang lebih cepat. Generasi 2.5G ini ada juga yang menamakannya dengan generasi 2.75G, karena lebih dekat dengan teknologi 3G. 

Evolusi dan perkembangan teknologi komunikasi ini tidak berhenti sampai disini, Negara-negara besar di Dunia baik itu Eropa, Asia & Amerika secara berlomba-lomba mengembangkan inovasi dan penelitian untuk menghadirkan teknologi yang mutakhir. Umumnya komunikasi dilakukan dengan cara lisan atau verbal yang dapat dimengerti dengan mudah oleh kedua belah pihak. Selain itu, komunikasi juga dapat dilakukan dengan menggunakan bahasa nonverbal seperti tersenyum, mengangkat bahum, menggelengkan kepala dan yang lainnya.

Seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, teknologi komunikasi juga mengalami perubahan dan perkembangan yang cukup signifikan dalam mempengaruhi proses penyampaian informasi. Teknologi komunikasi telah melahirkan implikasi-implikasi baru dalam kehidupan manusia dalam hal penyampaian informasi. 

Implikasi yang ditimbulkan oleh perkembanganteknologi komunikasi tersebut tentu saja membawa pengaruh dalam kehidupan manusia, baik itu pengaruh yang positif maupun negatif. Melalui media komunikasi yang ada saat ini seperti televisi dan internet, informasi akan dengan cepat mudah menyebar kepada masyarakat, cepat menanggapi informasi tersebut dan membuka peluang yang sangat luas untuk berinteraksi dengan orang lain serta mengekspresikan diri. 

Tetapi kita juga tidak dapat menghindari pengaruh negatif dari perkembangan teknologi komunikasi tersebut. Perkembangan teknologi komunikasi dan implikasinya bagi kehidupan yang ada sekarang memang tidak dapat dihindari lagi, tetapi ada baiknya kita tetap dapat melakukan kontrol ataupengawasan, sehingga kita dapat memanfaatkan pengaruh-pengaruh yang positif dan meminimalisir pengaruh negatifnya, sehingga dapat lebih bermanfaat bagi kehidupan sekarang dan yang akan datang.

Sabtu, 03 Desember 2011

sejarah komunikasi


Pada awal kehidupan di dunia, komunikasi digunakan untuk mengungkapkan kebutuhan organis. Manusia berkomunikasi untuk membagi pengetahuan dan pengalaman. Walaupun komunikasi sudah dipelajari sejak lama dan termasuk “barang antik”, topik ini menjadi penting khususnya pada abad 20 karena pertumbuhan komunikasi digambarkan sebagai “penemuan yang revolusioner”, hal ini dikarenakan peningkatan teknologi komunikasi yang pesat seperti radio

Televisi, telepon, satelit dan jaringan komuter seiring dengan industiralisasi bidang usaha yang besar dan politik yang mendunia. Komunikasi dalam tingkat akademi mungkin telah memiliki departemen sendiri dimana komunikasi dibagi-bagi menjadi komunikasi masa, komunikasi bagi pembawa acara, humas dan lainnya, namun subyeknya akan tetap. Pekerjaan dalam komunikasi mencerminkan keberagaman komunikasi itu sendiri.

Mencari teori komunikasi yang terbaik pun tidak akan berguna karena komunikasi adalah kegiatan yang lebih dari satu aktifitas.

Perkembangan komunikasi sebagai ilmu selalu dikaitkan dengan aktifitas retorika yang terjadi di zaman Yunani kuno, sehingga menimbulkan pemahaman bagi pemikir-pemikir barat bahwa perkembangan komunikasi pada zaman itu mengalami masa kegelapan (dark ages) karena tidak berkembang di zaman Romawi kuno. 

Sehingga masalah yang muncul adalah, rentang waktu antara perkembangan ilmu komunikasi yang awalnya dikenal retorika pada masa Yunani kuno, sampai pada pencatatan sejarah komunikasi pada masa pemikiran tokoh-tokoh pada abad 19, sangat jauh. Sehingga menimbulkan asumsi bahwa perkembangan komunikasi itu menjadi sebuah ilmu tidak pernah terputus, artinya tidak ada mata rantai sejarah yang hilang pada perkembangan komunikasi.

Makalah ini ingin mengangkat zaman persebaran agama yang berlangsung antara rentang waktu tersebut (zaman pertengahan) menjadi bagian dari perkembangan ilmu komunikasi. Sehingga zaman pertengahan menjadi jembatan alur perkembangan komunikasi dari zaman yunani kuno ke zaman renaissance, modern, dan kontemporer Pembahasan.

Telah disinggung di atas bahwa fenomena komunikasi berkembang dan tercatat kembali pada awal ditemukannya mesin cetak oleh Gutenberg (1457). Padahal, pada abad-abad sebelumnya, aktifitas komunikasi sudah berkembang cukup pesat yang berlangsung di zaman pertengahan (persebaran agama). 

Sehingga mereka tidakmenyinggung masa persebaran agama sebagai bagian dari sejarah perkembangan komunikasi itu sendiri. Rentang waktu antara tahun 500 SM (masa-masa pemikiran retorika di Yunani kuno) sampai pada penemuan mesin cetak (1457 M) merupakan abad-abad dimana terdapat proses perkembangan komunikasi yang dalam hal ini berbentuk ajaran dan keyakinan suatu agama (yang tentu pula tidak dapat dipungkiri bahwa dalam aktifitas persebaran ajaran agama, retorika dan bentuk komunikasi lainnya cenderung berperan besar dalam mengubah keyakinan seseorang).

Sehingga tidak menyalahi aturan kalau makalah ini mencoba mengangkat masa penyebaran agama dan ajaran-ajaran bijak yang berlangsung antara rentang waktu tersebut dijadikan sebagai bagian dari mata rantai sejarah yang hilang dari perkembangan ilmu komunikasi itu.
Pada awalnya perkembangan komunikasi yang terjadi di zaman Romawi (sebagai perkembangan dari Yunani kuno sekitar tahun 500 SM-5 M) mengalami kendala, karena pada masa itu Romawi mengalami masa kegelapan (dark ages).

Padahal, masa kegelapan yang terjadi di Eropah ini merupakan sisi lain dari masa keemasan peradaban Islam, dimana pada masa ini perkembangan ilmu pengetahuan (termasuk aktifitas komunikasi) cukup signifikan.

Selain itu, perkembangan komunikasi juga sangat maju pesat di Cina yang telah dimulai pada tahun 550 SM. Memang, aktifitas komunkasi dalam bentuk retorika yang berlangsung di Cina dan Islam ini lebih menekankan pada penyebaran ajaran dan keyakinan.

Berbeda di Yunani dan Romawi yang lebih bersifat politis. Salah satu ajaran yang berkembang yaitu ajaran konfusiunisme di Cina. Kong hu Cu (bagian dari konfusianisme) lahir pada sekitar 550 SM yang ajarannya telah berusia 2000 tahun.

Hal ini mengidentifikasikan bahwa adanya proses perkembangan komunikasi yang lebih condong pada penyebaran ajaran-ajaran konfusianisme di Cina.
Isa yang pada waktu itu ingin mengajarkan ajaran Allah, mendapat tantangan dari kaum Yahudi. Komunikasi dalam bentuk ajaran dakwah yang dilakukan di zaman Isa ini terbukti dengan adanya penjelasan Dalai Lama (pendeta Budhah Tibet) bahwa Isa adalah salah satu orang suci yang dihormati dalam ajaran Budhah. 

Juga dengan diketemukannya scroll (gulungan yang jumlahnya 84.000 gulungan) yang isinya menceritakan aktifitas penyebaran ajaran Isa di India. Bukti lain juga dengan ditemukannya kuburan Yus Asaf di Srinagar, Kashmir oleh tim Jerman Barat yang merupakan kuburan nabi Isa yang meninggal pada usia 120 tahun. Komunikasi di dunia Islam pun sebenarnya telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Sama seperti fenomena komunnikasi yang terjadi di zaman Isa Al Masih, komunikasi Islam pun lebih berorientasi pada sistem dakwah yang berusaha mengubah atau mempengaruhi alam pikiran seseorang untuk mengikuti syariat Islam. Peradaban umat Islam dalam kaitannya dengan perkembangan komunikasi telah mencatatkan sejarah yang cukup menakjubkan. Perhubungan antara Timur dan Barat selama perang Salib (1100-1300 M ) sangat penting untuk perkembangan komunikasi ilmu pengetahuan di Eropah. 

Perkembangan komunikasi dalam Islam yang lebih bersifat dakwah tadi tidak lepas dari kaitannya sebagai bagian dari bentuk komunikasi, karena dalam bahasa arab, dakwah berarti seruan, panggilan, atau ajakan. Menurut Salahuddin Sanusi, yang didefinisikan oleh Al Ustadz Bahiyul Khuli dalam bukunya yang berjudul Tadzkiratud Du’at, dakwah ialah suatu komunikasi yang ditimbulkan dari interaksi antar individu maupun kelompok manusia yang bertujuan memindahkan umat dari suatu situasi yang negatif (zaman jahiliyah) ke situasi yang positif. 

Pada sekitar tahun 650 M, Arab, seluruh daerah timur tengah, serta Mesir dikendalikan oleh orang-orang Islam, dan pada tahun 700 M, Islam mendominasi area besar mulai dari daratan China dan India di timur sampai Afrika Utara dan Spanyol di barat. Artinya terdapat bentuk komunikasi yang efektif sehingga dapat mempengaruhi keyakinan jutaan umat dalam waktu yang sangat singkat.

Sebagai contoh, nabi pernah mengirimkan surat dakwah kepada raja Hiraqla (raja di Roma Timur) yang bernama Hirakles, raja Habsyi yang bernama Najsyi, dan lain-lain. Dalam setiap suratnya, selalu dibubuhi stempel yang terbuat dari perak yang berukirkan tulisan “Muhammadurrasulullah”. 

Dalam perkembangannya, komunikasi telah sedemikian maju, contoh lain dalam hal diskusi yang merupakan bagian dari bentuk komunikasi kelompok. Dalam berdakwah, Rasulullah selalu melakukan komunikasi sebagai dakwah dengan metode yang tepat dan apabila dicermati akan sangat relevan dengan metode diskusi saat ini. Dalam dakwahnya, diskusi yang dilakukan pasti didasari hal-hal berikut: alasannya kuat (hujjah), tutr kata yang arif dan bijak (uslub), dan adab sopan santun yang baik. Sejarah telah mengungkapkan kepada kita bahwa perkembangan dan kecemerlangan ajaran Islam telah menerobos cakrawala abad dan zaman sera melewati negara-negara dan benua. 

Bidang kedokteran, Ibnu Sina telah menulis buku yang berisi aturan-aturan dalam ilmu kedokteran yang banyak diadaptasi oleh ilmuwan-ilmuwan dalam bidang kedokteran dewasa ini. Dari uraian ini, dapat dikatakan bahwa sebenarnya peradaban Islam (dalam kaitannya sebagai jembatan penghubung sejarah komunikasi) telah melanjutkan atau mewariskan komunikasi dari ajaran-ajaran Yunani yang telah disinggung di atas, untuk kemudian baru diadaptasi oleh bangsa Eropa dan seterusnya Amerika (sebagai dampak dari intellectual migration dari daratan Eropah ke utara benua Amerika pada masa Hitler).

Lalu dilanjutkan pada zaman pertengahan (yang sebenarnya adalah masa-masa persebaran agama). Telah disinggung di atas, contoh persebaran agama yang diambil adalah Islam yang memang berlangsung pada zaman pertengahan. Zaman ini merupakan zaman peralihan dari zaman pertengahan menuju zaman modern. 

Ketika di zaman modern, ilmu-ilmu yang berkembang itu lebih didasari oleh pemikiran-pemikiran yang ilmiah dan empiris. Seperti Darwin yang sangat fanatik dengan teori evolusinya. Inilah yang mungkin menyebabkan banyak teori-teori komunikasi yang tidak pernah mencantumkan nama-nama besar dari cendikiawan-cendikiawan Islam (seperti Al Kindi, Al Farabi, dll) sebagai tokoh yang berjasa dalam mengembangkan komunikasi itu sendiri pada zaman pertengahan. 

Mungkin ini ada kaitannya dengan masa kegelapan (dark ages) yang terjadi di Eropah yang kala itu merupakan zaman keemasan peradaban Islam. Mereka inilah yang menjadi pionir-pionir perkembangan ilmu di Eropah. 

Padahal sebenarnya mereka ini mendapatkan pengetahuannya dari peradaban Islam yang telah maju lebih dulu. Mengenai perkembangan komunikasi yang lebih cenderung diklaim sebagai bagian dari perkembangan ilmu pengetahuan di Amerika dan Eropah, sebenarnya kembali pada pola pemikiran dari manfaat ilmu pengetahuan yang ditemukan.

komunikasi efektif


Fungsi  Komunikasi 
- Membangun Konsep Diri (Establishing Self-Concept)
- Eksistensi Diri (Self Existence)
- Kelangsungan Hidup (Live Continuity)
- Memperoleh Kebahagiaan (Obtaining Happiness)
- Terhindar dari Tekanan dan Ketegangan (Free from Pressure and Stress)

William I. Gorden, Communication : Personal and Public,1978 

Persepsi : Inti Komunikasi 
Kesan adalah nuansa rasa manusia kepada obyek tertentu; obyek itu bisa barang bisa orang. Kita terkesan, karena ada sesuatu yang menarik dari obyek tersebut. Kita bisa terkesan kepada orang karena bermacam-macam; bisa karena wajah cantiknya, tampan, berkumis; bisa karena kata-katanya, karena janjinya, dan sebagainya.  Membuat kesan yang baik, berarti kita harus berbuat dan bersikap tertentu yang membuat agar orang lain tertarik.     
Persepsi didefinisikan sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representatif obyek eksternal. Proses menafsirkan informasi indrawi. Jika persepsi kita tidak akurat kita tidak munglkin bisa berkomunikasi secara efektif.Rudolp F.Verdeber, Communicate, 1978   
Proses mencapai kesepakatan (Sharing of meaning), lazimnya berlangsung secara bertahap. Karena itu, lebih awal kita perlu memperhatikan  5 (lima) sasaran pokok dalam proses komunikasi, yaitu:

1.    Membuat pendengar mendengarkan apa yang kita katakan (atau melihat apa yang kita tunjukkan kepada mereka)
2.    Membuat pendengar memahami apa yang mereka dengar atau lihat
3.    Membuat pendengar menyetujui apa yang telah mereka dengar (atau tidak menyetujui apa yang kita katakan, tetapi dengan pemahaman yang benar)
4.    Membuat pendengar mengambil tindakan yang sesuai dengan maksud kita dan maksud kita bisa mereka terima
5.    Memperoleh umpan balik dari pendengar

Komunikasi
Kegiatan komunikasi pada prinsipnya adalah aktivitas pertukaran ide atau gagasan.  Secara sederhana, kegiatan komunikasi dipahami sebagai kegiatan penyampaian dan penerimaan pesan atau ide dari satu pihak ke pihak lain, dengan tujuan untuk mencapai kesamaan pandangan atas ide yang dipertukarkan tersebut.
Elemen-elemen yang terdapat dalam komunikasi adalah:
- Komunikator    : orang yang menyampaikan pesan
- Pesan                 : ide atau informasi yang disampaikan
- Media                : sarana komunikasi
- Komunikan       : audience, pihak yang menerima pesan
- Umpan Balik     : respon dari komunikan terhadap pesan yang diterimanya 

Dalam kehidupan nyata mungkin ada yang menyampaikan pesan/ ide; ada yang menerima atau mendengarkan pesan; ada pesan itu sendiri; ada media dan tentu ada respon berupa tanggapan terhadap pesan.  Secara ideal, tujuan komunikasi bisa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan bersama terhadap ide atau pesan yang disampaikan.  

UNSUR UNSUR KOMUNIKASI

Untuk dapat berkomunikasi secara efektif kita perlu memahami unsur-unsur komunikasi, antara lain:

1.    Komunikator.
Pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada komunikan dengan menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam komunikasi, karena merupakan awal (sumber) terjadinya suatu komunikasi

2.    Komunikan.
Penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator, kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi respon.

3.    Media.
Saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebagai sarana berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya berupa ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya.

4.    Pesan.
Isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh Komunikator kepada Komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi.

5.    Tanggapan.
Merupakan dampak (effect) komunikasi sebagairespon atas penerimaan pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai dengan pesan yang diterima.

FUNGSI DAN MANFAAT KOMUNIKASI

Dengan berkomunikasi, insya Allah, kita dapat menjalin saling pengertian dengan orang lain karena komunikasi memiliki beberapa fungsi yang sangat penting, di antaranya adalah:

1.    Fungsi informasi. Untuk memberitahukan sesuau (pesan) kepada pihak tertentu, dengan maksud agar komunikan dapat memahaminya.

2.    Fungsi ekspresi. Sebagai wujud ungkapan perasaan / pikiran komunikator atas apa yang dia pahami terhadap sesuatu hal atau permasalahan.

3.    Fungsi kontrol. Menghindari terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan, dengan memberi pesan berupa perintah, peringatan, penilaian dan lain sebagainya.

4.    Fungsi sosial. Untuk keperluan rekreatif dan keakraban hubungan di antara komunikator dan komunikan.

5.    Fungsi ekonomi. Untuk keperluan transaksi usaha (bisnis) yang berkaitan dengan finansial, barang dan jasa.

6.    Fungsi da’wah. Untuk menyampaikan pesan-pesan keagamaan dan perjuangan bersama.

Banyak manfaat yang dapat peroleh dengan berkomunikasi secara baik dan efektif, di antaranya adalah:

1.     Tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan jelas sesuai dengan yang dimaksudkan.

2.     Adanya saling kesefamanan antara komunikator dan komunikan dalam suatu permasalahan, sehingga terhindar dari salah persepsi.

3.     Menjaga hubungan baik dan silaturrahmi dalam suatu persahabatan, komunitas atau jama’ah.

4.     Aktivitas ‘amar ma’ruf nahi munkar di antara sesama umat manusia dapat diwujudkan dengan lebih persuasif dan penuh kedamaian.

teori komunikasi interpersonal


TEORI KOMUNIKASI INTERPERSONAL
Antara dua individu Mencapai persefahaman, tidak semestinya persetujuan Pembentukan hubungan Persahabatan, percintaan, kekeluargaan dll

1. Teori Tembusan Sosial
Social Penetration Theory Altman & Taylor, 1973 Proses menjalin hubungan Tahap cetek – tidak intim – peribadi Lebih banyak maklumat, lebih bersifat peribadi komunikasi Personaliti diri seperti bawang besar Perkara luaran lebih kerap dan lebih awal diceritakan Pendedahan ada resiprokal utk perkongsian  Tembusan cepat di prgkt awal, lambat di tengah Proses kebalikan tembusan

2. Teori Pengurangan Ketidakpastian
Berger (1987) Uncertainty Reduction Theory  Orang tidak dikenali – tidak pasti Mengawal kemesraan dgn menambah pengetahuan Juga dikenali sebagai teori aksiomatik Tahap-tahap dalam interaksi Fasa permulaan  Fasa peribadi Fasa exit

3. Teori Pendekatan Interaksi
Paul Watzlawick (1967) Interactional View Memahami proses membentuk dan mengekalkan hubungan interpersonal.
Interaksi sosial - Dysfunctional function keluarga
Aksiom pola komunikasi 
  • keluarga Kita tidak boleh tidak berkomunikasi
  • Manusia berkomunikasi secara analogik dan digital
  • Komunikasi mengandungi isu dan hubungan
  • Hubungan menerangkan kandungan (metacommunication)


Sebagai makhluk yang berpikir dan, karenanya, berbicara, komunikasi bagi manusia merupakan unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupannya. Komunikasi baginya adalah sarana untuk berinteraksi dengan ”yang diluar dirinya”. Terlebih saat ini, dengan percepatan teknologi tanpa henti, utamanya teknologi informasi, komunikasi adalah sebuah keniscayaan.


Dalam pengertian sederhana, komunikasi dapat diartikan sebagai penyampaian ”sesuatu yang sama” dari ”satu pihak” kepada ”pihak lain”. Dari sini, setidaknya, ada empat hal yang dibutuhkan dalam komunikasi; penyampaian atau yang dapat dipahami sebagai proses komunikasi; sesuatu yang sama atau pesan yang ingin disampaikan; pihak pertama (komunikator) yang berkepentingan untuk menyampaikan pesan dimaksud; dan pihak kedua (komunikan) yang menjadi tujuan penyampaian pesan. 

Dengan analisis yang lebih mendalam dapat diketahui bahwa pesan yang merupakan inti komunikasi terdiri dari dua aspek; isi pesan yang ingin disampaikan (the content of the message) dan lambang yang dijadikan sarana untuk menyampaikan pesan tersebut (symbol).


Pengertian komunikasi juga dapat kita pahami dalam tiga konseptualisasi yang berbeda. Pertama, komunikasi yang dipahami sebagai tindakan satu arah yang berjalan linear dari komunikator kepada komunikan. Pengertian ini sesuai dalam beberapa kasus, seperti pidato dan komunikasi massa yang tidak melibatkan secara aktif pembaca atau pemirsanya, namun tidak sesuai untuk bentuk komunikasi interaktif. Kedua, komunikasi dipahami sebagai kegiatan interaktif yang melibatkan kedua belah pihak secara aktif. Jika yang satu berfungsi sebagai pemberi pesan, yang lain berfungsi sebagai penerima pesan. Demikian pula sebaliknya secara bergantian. 

Namun konseptualisasi yang kedua inipun tidak lepas dari kelemahan karena mengabaikan kemungkinan bahwa orang yang sama dapat berfungsi sebagai pemberi dan penerima pesan pada saat yang sama. Ketiga, komunikasi dipahami sebagai kegiatan transaksional yang dalam konteks ini berarti bahwa pihak-pihak yang terlibat komunikasi berada dalam kondisi interdependen. Dalam pengertian ketiga ini, komunikasi tidak hanya terbatas dalam komunikasi verbal tapi juga mencakup komunikasi nonverbal yang mencakup, misalnya, ekspresi wajah.

Lebih jauh lagi, bahkan dalam tataran individu, manusia tidaklah lepas dari komunikasi. Didalam dirinya, manusia mengalami komunikasi dengan dirinya yang disebut dengan komunikasi intrapersonal. Komunikasi intrapersonal pada hakikatnya adalah jenis komunikasi ditinjau dari segi tatanannya (Effendy, 2003:53).


Tatanan disini adalah proses komunikasi ditinjau dari segi jumlah komunikan yang terlibat didalamnya. Secara umum tatanan komunikasi terbagi menjadi tiga, komunikasi pribadi (personal communication), komunikasi kelompok (group communication), dan komunikasi massa (mass communication). Dalam makalah ini hanya akan dibahas salah satu cabang komunikasi pribadi yaitu komunikasi intrapersonal.


Disamping itu akan pula dijelaskan komunikasi intrapersonal dalam perspektif Islam, yang dalam makalah hal ini pemaparannya lebih ditekankan pada kajian tradisi Islam bukan pada kajian sumber utama Islam, yaitu al-Quran dan al-Hadits. 

Tentang hal ini, selain pemaparan deskripsi yang diberikan dalam tradisi Islam tentang komunikasi intrapersonal sebagai proses pengolahan informasi, penulis juga akan berusaha untuk mencari paralelitas antara komunikasi intrapersonal modern dengan komunikasi intrapersonal dalam khazanah Islam.


KOMUNIKASI INTRAPERSONAL
Menurut Rakhmat (2000:49) komunikasi intrapersonal adalah proses pengolahan informasi. Proses ini melewati empat tahap; sensasi, persepsi, memori, dan berpikir. Proses pertama dari komunikasi intrapersonal terjadi pada saat sensasi terjadi. Sensasi, yang berasal dari kata sense, berarti kemampuan yang dimiliki manusia untuk mencerap segala hal yang diinformasikan oleh pancaindera. Informasi yang dicerap oleh pancaindera disebut stimuli yang kemudian melahirkan proses sensasi. Dengan demikian sensasi adalah proses menangkap stimuli.


Kapasitas indrawi yang dimiliki setiap orang berbeda-beda yang, karenanya, memungkinkan terjadinya perbedaan sensasi. Namun secara umum ada ambang batas tertentu yang didalamnya pancaindera manusia dapat menyerap informasi. Mata hanya dapat menyerap gelombang cahaya antara 380 sampai 780 nanometer. Telinga hanya mampu menerima getaran suara dalam frekuensi antara 20 hertz sampai 20 kilohertz. Tubuh manusia hanya sanggup bertahan dengan normal pada suhu udara antara 10 derajat celcius sampai 45 derajat celcius (ibid, 50). Rangsangan dari luar ini yang dicerap sensasi disebut sebagai stimuli eksternal yang merupakan faktor situasional yang berpengaruh pada sensasi. 

Disamping itu juga terdapat faktor internal yang dapat pula memengaruhi sensasi yaitu faktor personal. Dalam hal ini, faktor personal adalah pengalaman, lingkungan budaya, dan kapasitas indrawi masing-masing individu yang berbeda (ibid, 51).


Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Secara sederhana persepsi adalah memberikan makna pada hasil cerapan panca indera. Selain dipengaruhi oleh sensasi yang merupakan hasil cerapan panca indera, persepsi dipengaruhi juga oleh perhatian (attention), harapan (expectation), motivasi dan ingatan (Desiderato dalam ibid, 2000:51).

Secara umum tiga hal yang disebut pertama terbagi menjadi dua faktor personal dan faktor situasional. Penarik perhatian yang bersifat situasional merupakan penarik perhatian yang ada di luar diri seseorang (eksternal), seperti intensitas stimuli, kebaruan, dan perulangan. Secara internal, ada yang dinamakan perhatian selektif (selective attention) yang dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya faktor biologis, sosiopsikologis, dan sosiogenis (ibid, 52-4).

Penyimpanan informasi yang dihasilkan dan pemanggilan kembali (recalling) dilakukan dalam memori. Dalam melakukan fungsinya memori melakukan tiga hal: perekaman (encoding), penyimpanan (storage) dan pemanggilan (retrieval). Tahap pertama adalah pencatatan informasi melalui reseptor indera dan saraf internal. Tahap kedua terbagi terbagi menjadi dua: penyimpanan aktif (dengan memberi informasi pada apa yang telah kita terima) dan penyimpanan aktif. Tahap terakhir terjadi ketika kita membutuhkan ingatan yang telah tersimpan dengan mengingat kembali hal itu (Mussen dan Rosenweig dalam ibid, 63).

Dari tiga tahap memori, hanya tahap terakhir yang dapat diketahui dan, karenanya, dapat diklasifikasi. Pada tahap terakhir ini memori terbagi menjadi empat jenis. Pertama, pengingatan (recall) yaitu proses menghasilkan kembali fakta dan informasi secara apa adanya, seperti ketika seseorang ditanya, ”Apa saja jenis ikan laut yang termasuk mamalia”. 

Kedua, pengenalan (recognition) adalah mengenal kembali sebagian informasi yang sebagiannya telah dikenal, seperti pertanyaan yang disajikan dalam bentuk pilihan ganda (multiple choice). Ketiga, pembelajaran ulang (relearning) adalah mempelajari kembali sesuatu yang pernah dipelajari. Seseorang yang pernah mempernah mempelajari suatu hal dan kemudian mempelajarinya kembali dua puluh lima persen lebih cepat menghafal. Keempat, redintegrasi (redintegration) adalah rekonstrusi masa lalu dari satu petunjuk memori kecil, seperti kenangan yang muncul saat anda melewati satu tempat yang biasa dilewati teman anda (ibid, 64).

KOMUNIKASI INTRAPERSONAL: PERSPEKTIF TRADISI ISLAM
Komunikasi intrapersonal yang diartikan sebagai proses pengolahan informasi dalam jiwa manusia juga dikenal dalam tradisi Islam. Penjelasan tentang potensi-potensi jiwa (al-quwa al-bathinah) seringkali didahului oleh penjelasan tentang kemampuan-kemampuan eksternal (al-quwa al-bathinah). Hal ini dapat terlihat, misalnya, ketika al-Ghazali (1988:60-6) menjelaskan tentang kemampuan mencerap (al-quwa al-mudrikah) yang didahului dengan penjelasan tentang indera-indera eksternal.

Dalam tradisi Islam keberadaan indera-indera internal (internal senses), yang melaluinya komunikasi intrapersonal terjadi, diketahui melalui intuisi (al-wijdan) dalam pengertian introspeksi (al-Attas, 2001:150). Secara berurutan indera internal terdiri dari lima komponen; communis sensus (al-hiss al-musytarak); yang mencerap bentuk, kemampuan melukiskan (al-quwa al-khayaliyyah); yang menyimpan hasil cerapan al-hiss al-musytarak, kemampuan menaksir (al-quwa al-wahmiyyah); yang mencerap hal-hal yang tidak sensibel, kemampuan mengingat (al-quwa al-dzakirah); yang menyimpan hasil cerapan al-quwa al-khayaliyah, dan kemampuan berdaya cipta (al-quwa al-mutakhayyilah); yang memroses hasil cerapan dan simpanan dari keempat daya diatas (ibid: 151-3 dan al-Ghazali, 1988:64).

Al-Ghazali memberi ilustrasi untuk membuktikan keberadaan al-hiss al-musytarak, ketika anda melihat air menetes dengan cepat yang anda ’lihat’ adalah garis lurus dan ketika anda melihat titik rapat yang melingkar yang anda ’lihat’ adalah garis melingkar. Dan hal itu adalah kenyataan (‘ala sabil al-musyahadah) bukan khayalan (la ‘ala sabil al-takhayyul) (1988:64). Secara sederhana dapat dipahami bahwa al-hiss al-musytarak adalah, misalnya, daya yang ’menyatukan’ objek yang dilihat dua mata kita sehingga objek itu tetap terlihat satu. Hasil cerapan al-hiss al-musytarak disimpan dalam kemampuan melukiskan (al-quwwah al-khayaliyah).

Dalam menjelaskan daya lukis (al-quwwah al-khayaliyah), al-Ghazali mengilustrasikan bahwa ketika kita melihat sesuatu di depan kita dan beberapa saat kemudian sesuatu itu menghilang maka kita masih bisa ’melihatnya’ seolah-olah sesuatu itu masih di depan kita (ibid,65). Jadi kemampuan melukiskan (al-quwwah al-khayaliyah) yang dimiliki manusia menyimpan citra yang telah diserap oleh al-hiss al-musytarak.

Daya estimasi (al-quwwah al-wahmiyah) adalah kemampuan, yang dimiliki manusia dan hewan, untuk memahami makna-makna yang tak terlihat (nonsensible meanings). Seekor kambing dapat memahami bahwa serigala adalah musuhnya, sedangkan permusuhan bukanlah sesuatu yang sensibel. 

Daya estimasi adalah tempat yang didalamnya opini dan pendapat terbentuk. Opini yang terbentuk melalui daya estimasi ini tidak menggunakan analisis intelektual tanpa menggunakan citra yang tersimpan dalam ingatan yang diasosiasikan dengan masa lalu (Op. cit, 2001:152). Tanpa kendali yang memadai dari pikiran (intellect), daya ini adalah sumber perbuatan destruktif yang dilakukan manusia, karena daya ini memiliki peranan besar dalam mengendalikan tindakan hewan dan manusia (Ibn Sina, 1956:177).

Daya ingat (al-quwwah al-dzakirah/al-hafizhah) adalah tempat penyimpanan makna-makna yang dihasilkan oleh daya estimasi. Hubungan antara daya ingat (al-quwwah al-dzakirah/al-hafizhah) dengan makna-makna yang dihasilkan daya estimasi (al-quwwah al-wahmiyah) adalah sama dengan hubungan antara kemampuan melukiskan (al-quwwah al-khayaliyah) dengan benda-benda sensibel yang citranya terbentuk dalam al-hiss al-musytarak (Op. cit, 2001:153).

Daya cipta (al-quwwah al-mutakhayyilah) berfungsi untuk mengklasifikasi dan mengelola citra yang diserap oleh al-hiss al-musytarak. Dalam kaitannya dengan jiwa manusia, daya ini memiliki duafungsi; berfungsi menghasilkan kemampuan artistik dan teknik bila terhubung dengan kemampuan melukiskan (al-quwwah al-mutakhayyilah) dan berfungsi sebagai daya pikir (al-quwwah al-mufakkirah) bila terhubung jiwa manusia. Ketika terhubung dengan jiwa manusia, ia melakukan perenungan (cogitative). Secara umum ia adalah pengelola data akal teoritis dengan menyusunnya sedemikian rupa hingga menghasilkan pengetahuan (ibid, 153-4).

Al-hiss al-musytarak adalah penerima stimuli dari indera eksternal yang paralel dengan sensasi yang didefinisikan sebagai proses menangkap stimuli. Fungsi memori sebagai proses menyimpan informasi dan memanggilnya kembali setara dengan al-quwa al-khayaliyyah, yang menyimpan hasil cerapan al-hiss al-musytarak, dan al-quwa al-dzakirah/al-hafizhah, yang menyimpan hasil cerapan daya estimasi. Persepsi, sampai batas tertentu, sama dengan al-quwa al-wahmiyah, yang menghasilkan makna-makna. Al-quwa al-mutakhayyilah, yang mengelola semua hasil cerapan, sejajar dengan berpikir.

proses komunikasi ialah


Berangkat dari paradigma Lasswell, Effendy (1994:11-19) membedakan proses komunikasi menjadi dua tahap, yaitu:

1. Proses komunikasi secara primer
Proses komunikasi secara primer adalah proses penyampaian pikiran dan atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. 
Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah pesan verbal (bahasa), dan pesan nonverbal (kial/gesture, isyarat, gambar, warna, dan lain sebagainya) yang secara langsung dapat/mampu menerjemahkan pikiran dan atau perasaan komunikator kepada komunikan.

Seperti disinggung di muka, komunikasiberlangsung apabila terjadi kesamaan makna dalam pesan yang diterima oleh komunikan. Dengan kata lain , komunikasi adalah proses membuat pesan yang setala bagi komunikator dan komunikan. Prosesnya sebagai berikut, pertama-tama komunikator menyandi (encode) pesan yang akan disampaikan disampaikan kepada komunikan. 

Ini berarti komunikator memformulasikan pikiran dan atau perasaannya ke dalam lambang (bahasa) yang diperkirakan akan dimengerti oleh komunikan. Kemudian giliran komunikan untuk menterjemahkan (decode) pesan dari komunikator. Ini berarti ia menafsirkan lambang yang mengandung pikiran dan atau perasaan komunikator tadi dalam konteks pengertian. Yang penting dalam proses penyandian (coding) adalah komunikator dapat menyandi dan komunikan dapat menerjemahkan sandi tersebut (terdapat kesamaan makna).

Wilbur Schramm (dalam Effendy, 1994) menyatakan bahwa komunikasi akan berhasil (terdapat kesamaan makna) apabila pesan yang disampaikan oleh komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference) , yakni paduan pengalaman dan pengertian (collection of experiences and meanings) yang diperoleh oleh komunikan. Schramm menambahkan, bahwa bidang (field of experience) merupakan faktor penting juga dalam komunikasi. 

Jika bidang pengalaman komunikator sama dengan bidang pengalaman komunikan, komunikasi akan berlangsung lancar. Sebaliknya, bila bidang pengalaman komunikan tidak sama dengan bidang pengalaman komunikator, akan timbul kesukaran untuk mengerti satu sama lain. Sebagai contoh seperti yang diungkapkan oleh Sendjaja(1994:33)yakni : Si A seorang mahasiswa ingin berbincang-bincang mengenai perkembangan valuta asing dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi. 

Bagi si A tentunya akan lebih mudah dan lancar apabila pembicaraan mengenai hal tersebut dilakukan dengan si B yang juga sama-sama mahasiswa. Seandainya si A tersebut membicarakan hal tersebut dengan si C, sorang pemuda desa tamatan SD tentunya proses komunikaasi tidak akan berjalan sebagaimana mestinya seperti yang diharapkan si A. Karena antara si A dan si C terdapat perbedaan yang menyangkut tingkat pengetahuan, pengalaman, budaya, orientasi dan mungkin juga kepentingannya.

Contoh tersebut dapat memberikan gambaran bahwa proses komunikasiakan berjalan baik atau mudah apabila di antara pelaku (sumber dan penerima) relatif sama. Artinya apabila kita ingin berkomunikasi dengan baik dengan seseorang, maka kita harsu mengolah dan menyampaikan pesan dalam bahasa dan cara-cara yang sesuai dengan tingkat pengetahuan, pengalaman, orientasi dan latar belakang budayanya. Dengan kata lain komunikator perlu mengenali karakteristik individual, sosial dan budaya dari komunikan.

2. Proses komunikasi sekunder
Proses komunikasi secara sekunder adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan dengan menggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama.

Seorang komunikator menggunakan media ke dua dalam menyampaikan komunikasike karena komunikan sebagai sasaran berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya banyak. Surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, dsb adalah media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi. Proses komunikasi secara sekunder itu menggunakan media yang dapat diklasifikasikansebagai media massa (surat kabar, televisi, radio, dsb.) dan media nirmassa (telepon, surat, megapon, dsb.).

Beberapa definisi komunikasi dalam konseptual tindakan satu arah:
a. Everet M. Rogers: komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah tingkah laku.
b. Gerald R. Miller: komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima.
c. Carld R. Miller: komunikasi adalah proses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambang verbal) untuk mengubah perilaku orang lain (komunkate).
d. Theodore M. Newcomb: Setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai suatu transmisi informasi terdiri dari rangsangan yang diskriminatif, dari sumber kepada penerima.

Beberapa definisi yang sesuai dengan konsep transaksi:
a. Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss: Komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih.
b. Judy C. Pearson dan Paul E. Nelson: Komunikasi adalah proses memahami danberbagi makna.
c. William I. Gordon : Komunikasi adalah suatu transaksi dinamis yang melibatkan gagasan dan perasaan.